Sejak
Zaman Airlangga bertahta daerah Tuban dibuka sebagai kota pelabuhan yang
bernama Kambang Putih bersama Jepara dan Gresik. HJ de Graff dalam bukunya yang
berjudul Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI Antara Historisitas dan Mitos
(1984:4) menyebutkan Tuban menrupakan pelabuhan Utama di Pulau Jawa sekaligus
sebagai pintu utama menuju kerajaan majapahit Tuban mempunyai peran yang sangat
penting sejak pertama kali berdiri. Pada masa Raden Arya Dandang Wacana dan
Raden Haryo Ranggalawe Tuban menjadi daerah pesisir yang banyak di singgahi
pedagang-pedagang dari negara lain. Pada Prasasti Biluluk II yang dibuat pada
tahun 1391 menyebutkan secara rinci
barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang diantaranya kain,
pakaian, bahan pewarna, benang dan 11 jenis kain tekstil.
Dalam beberapa sumber sejarah
disebutkan bahwa ekspedisi terbesar di dunia yang dipimpin oleh Laksamana Cheng
Ho pernah berlabuh di Tuban. Beberapa sumber historiografi Cina menyebut Tuban
dengan “Xin Cun” yang berarti kampung
baru, karena pada saat itu banyak berdatangan peratau dari Guangong dan Zhang
Zou. Pada masa penyebaran agama islam, Tuban merupakan pusat pengembangan islam
dibawah Sunan Bonang. Sunan Bonang sendiri merupakan putra Sunan Ampel dengan
ibu Nyai Ageng Manila, Putri Arya Teja Bupati Tuban.
Ketiga interaksi
budaya (Jawa, Islam, Cina) mempengaruhi adat istiadat masyarakat Tuban salah
satunya Batik. Jika diamati setipa potong batik Tuban terdapat unsur jawa seperi
lar (sayap) yang melambangkan
kekuasaan, unsur islam seperti kijing miring yang mengingatkan akhir kehidupan
dan unsur cina seperti burung Hong, bunga Pioni, serta penataan corak dengan
gaya Lok Chan.
Gambar 1 : Proses pembuatan batik gedog secara tradisional
0 komentar:
Posting Komentar